SEJARAH DOA ROSARIO
Doa rosario adalah doa pertama dan menjadi
devosi prinsip dari orang-orang yang percaya dan telah dilakukan selama berabad-abad,
dari jaman para rasul dan para murid sampai sekarang. Namun baru pada tahun
1214 lah, Gereja menerima Doa Rosario dalam bentuknya yang seperti sekarang dan
menggunakan metode seperti yang kita pakai saat ini. Doa ini diberikan kepada
Gereja oleh St. Dominic, yang telah
menerimanya dari Perawan yang Terberkati sebagai hadiah pertobatan orang
Albigensian dan para pendosa lainnya.
Menurut tradisi, St Dominikus (wafat
1221) menyusun rosario seperti yang kita kenal sekarang. Tergerak oleh suatu
penampakan Bunda Maria, ia mewartakan penggunaan rosario dalam karya
misionarisnya di antara kaum Albigensia, suatu kelompok bidaah yang fanatik.
Albigensia berasal dari nama kota
Albi di Perancis selatan di mana mereka tinggal; mereka tidak mempercayai misteri
kehidupan Kristus sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia. St Dominikus mempergunakan rosario
sebagai suatu sarana ampuh untuk mempertobatkan kaum Albigensia. Juga St
Dominikus berusaha mempertobatkan mereka melalui khotbah-khotbah yang logis dan
kasih Kristiani sejati.
Struktur rosario perlahan-lahan
berkembang antara abad ke-12 dan abad ke-15. Pada akhirnya 50 Salam Maria (atau
lebih) didaraskan dan dihubungkan dengan ayat-ayat Mazmur atau ayat-ayat lain
mengenangkan “sukacita Maria” dalam hidup Yesus dan Maria. Dominikus dari Prussia, seorang biarawan Carthusian, pada tahun
1409 mempopulerkan praktek mempertalikan 50 ayat mengenai hidup Yesus dan Maria
dengan 50 Salam Maria. Pada masa ini, bentuk doa ini dikenal sebagai rosarium (“kebun mawar”), sesungguhnya
suatu istilah umum, yang berarti bunga rampai, yang dipergunakan untuk menyebut
suatu kumpulan bahan yang serupa, misalnya suatu bunga rampai kisah-kisah
dengan subyek atau tema yang sama. Pada akhirnya, ditambahkan juga “dukacita
Maria” dan “sukacita surgawi”, sehingga jumlah Salam Maria menjadi 150. Dan
akhirnya, ke-150 Salam Maria digabungkan dengan ke-150 Bapa Kami; satu Salam
Maria sesudah satu Bapa Kami.
Pada awal abad ke-15, Henry Kalkar (wafat 1408), seorang
biarawan Carthusian lainnya, membagi ke-150 Salam Maria ke dalam
kelompok-kelompok; satu kelompok berisi 10 Salam Maria dengan diawali satu Bapa
Kami. Pada abad ke-16, struktur lima misteri rosario didasarkan pada tiga
rangkaian peristiwa:
Peristiwa GEMBIRA : 1. Maria menerima
kabar gembira dari Malaikat Gabriel; 2. Maria mengunjungi Elisabet, saudarinya;
3. Yesus dilahirkan di Betlehem; 4. Yesus dipersembahkan dalam Bait Allah; 5.
Yesus diketemukan dalam Bait Allah.
Peristiwa SEDIH : 1. Yesus berdoa
kepada BapaNya di surga dalam sakrat maut; 2. Yesus didera; 3. Yesus dimahkotai
duri; 4. Yesus memanggul salib-Nya; 5. Yesus wafat disalib.
Peristiwa MULIA : 1. Yesus bangkit
dari kematian; 2. Yesus naik ke surga; 3. Roh Kudus turun atas para Rasul; 4.
Maria diangkat ke surga; 5. Maria dimahkotai di surga.
Pada tahun 2002, Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II menetapkan peristiwa CAHAYA : 1.
Yesus dibaptis di Sungai Yordan; 2. Yesus menyatakan DiriNya dalam perjamuan
nikah di Kana; 3. Yesus mewartakan Kerajaan Allah serta menyerukan pertobatan;
4. Yesus dipermuliakan; 5. Yesus menetapkan Ekaristi.
Juga, setelah penampakan Bunda Maria di Fatima pada tahun 1917, doa yang
diajarkan Bunda Maria kepada anak-anak secara umum ditambahkan pada akhir
setiap misteri, “Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami, selamatkanlah
kami dari api neraka. Hantarlah jiwa-jiwa ke surga, teristimewa jiwa-jiwa yang
amat membutuhkan kerahiman-Mu.”
Rosario menjadi semakin populer pada
tahun 1500-an, teristimewa melalui upaya Paus
St Pius V. Pada waktu itu, kaum Muslim Turki menyerang Eropa Timur. Pada
tahun 1453 Konstantinopel telah jatuh ke tangan Muslim, sementara Balkan dan
Hungaria nyaris ditaklukkan. Pada tahun 1521 kaum Muslim berhasil menaklukkan
Belgrade, Hungaria, dan pada tahun 1526 mereka telah berada di perbatasan
Vienna, Austria. Dengan kaum Muslim menyerbu bahkan pesisir Italia, maka
penguasaan atas Mediterania sekarang di ujung tanduk.
Pada tahun 1571, Paus St Pius V
mengorganisir suatu armada di bawah komando Don Juan dari Austria, sanak Raja
Philip II dari Spanyol. Bala tentara dari Spanyol, Venisia, Roma, Savoy, Genoa,
Lucca, Tuscany, Manova, Parma, Urbino, dan Ferrara, juga Malta membentuk suatu
aliansi melawan Turki. (Menariknya, Perancis yang Katolik menolak bersatu dan
bahkan mendanai pasukan Muslim Turki demi melemahkan musuh bebuyutan mereka,
Jerman-Austria). Sementara persiapan dilakukan, Bapa Suci meminta segenap umat
beriman untuk mendaraskan rosario dan memohon bantuan doa Bunda Maria di bawah
gelar “Bunda Kemenangan,” memohon Tuhan menganugerahkan kemenangan kepada umat
Kristiani.
Meski armada Muslim jauh melampaui
armada Kristiani, baik dalam jumlah kapal-kapal perang maupun pasukan, Pada hari Minggu, 7
Oktober 1571, pukul 11 pagi, Pertempuran di Lepanto dimulai, dan dalam tempo
lima jam, kaum Muslim dikalahkan. Siang itu, sementara Paus St Pius V tengah
berada dalam suatu rapat, sekonyong-konyong beliau berdiri, menuju jendela,
menatap ke luar ke arah pertempuran berlangsung bermil-mil jauhnya, dan mengatakan,
“Marilah kita berhenti menyibukkan diri dengan masalah-masalah ini dan marilah
kita mengucap syukur kepada Tuhan. Armada Kristen telah meraih kemenangan.”
Tahun berikutnya, Paus St Pius V
sebagai ungkapan syukur menetapkan Pesta
Rosario Suci pada tanggal 7 Oktober (Pesta Santa Perawan Maria, Ratu
Rosario) di mana umat beriman tidak hanya mengenangkan kemenangan ini,
melainkan juga terus menyampaikan syukur kepada Tuhan atas segala rahmat-Nya
dan mengenangkan kuasa perantaraan Bunda Maria kita. Bapa Suci juga secara
resmi menganugerahkan gelar, “Auxilium Christianorum” atau “Pertolongan
Orang-orang Kristen” pada Bunda Maria. Mejelis Tinggi Venesia juga mencantumkan
pada sebilah papan dalam ruang pertemuan mereka, “Non virtus, non arma, non
duces, sed Maria Rosari, victores nos fecit,” yang artinya, “Bukan kegagahan,
bukan senjata, bukan pemimpin, melainkan Maria dari Rosario yang membuat kita
menang.”
Yang menarik juga untuk diketahui
bahwa pada saat itu belum dikenal doa ''Salam Maria'' dengan rumusan seperti
sekarang. Yang dikenal hanyalah bagian pertamanya saja, yaitu sampai dengan
kata-kata "... buah tubuhmu Yesus". Bagian kedua doa ''Salam Maria'',
yang berisi " Santa Maria, bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini,
sekarang dan waktu kami mati. Amin ", menjadi doa resmi sejak Paus Pius V
(tahun 1568) menerbitkan ensiklik ''Breviarium''. Namun demikian bagian kedua
itu baru diterima umum pada abad XVII.
Mengenangkan tindakan Paus Pius V,
Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II, dalam sebuah amanat Angelus yang disampaikan
pada bulan Oktober 1983 mengatakan, “Rosario juga mengambil perspektif baru dan
dibebani dengan intensi-intensi yang terlebih dahsyat dan terlebih banyak dari
masa lalu. Sekarang bukan masalah memohon kemenangan besar, seperti di Lepanto
dan di Vienna, melainkan memohon Maria untuk menyediakan bagi kita
pejuang-pejuang yang gagah berani melawan roh kejahatan dan kesesatan, dengan
senjata-senjata Injil, yakni Salib dan Sabda Allah. Doa Rosario adalah doa
manusia untuk manusia. Rosario adalah doa solidaritas kemanusian, doa bersama
orang-orang yang ditebus, dengan merefleksikan roh dan intensi dari dia yang
pertama-tama ditebus, yakni Maria, Bunda dan Citra Gereja. Rosario adalah doa
bagi segenap manusia di dunia dan dari sepanjang sejarah, yang hidup dan yang
mati, yang dipanggil untuk menjadi Tubuh Kristus bersama kita dan bersama-sama
kita menjadi ahli waris bersama dengan Dia dalam kemuliaan Bapa.”
Doa rosario merupakan bagian dari
sejarah rohani Gereja yang patut dijunjung tinggi. Rosario memampukan umat
beriman untuk berpartisipasi dalam sejarah keselamatan yang hidup,
mempersatukan kita secara lebih akrab dengan Juruselamat dan BundaNya yang
Tesuci, dan dengan segenap Gereja. Rosario perlu menjadi bagian dari sejarah
tiap-tiap individu dan tiap-tiap keluarga, sebab melalui doa rosario ikatan
kasih diperteguh.
Sumber: yesaya.indocell.net
Komentar
Posting Komentar